Yeremia 18
: 1-6
"... seperti tanah liat di tangan tukang periuk,
demikianlah kamu di tangan-Ku ..."
Si Tanah
Liat bertanya kepada Sang Pejunan, "Apa yang akan kau lakukan terhadap
diriku?"
Sang Pejunan
menjawab, "Aku akan mengubah kamu menjadi indah.
Apa kamu
mau?" Tanah Liat mau.
Setelah lama menunggu, akhirnya berubahlah ia menjadi sebuah
vas yang indah dan ia pun sangat senang.
Tiba-tiba
Sang Pejunan menghancurkan bentuk itu lagi.
Tanah Liat memprotes, "Kenapa bentukku yang sudah bagus itu, kau
hancurkan lagi?"
Dengan tenang Sang Pejunan menjawab, "Ada sebuah bongkahan di tubuhmu yang tidak mau hancur, jadi aku harus
mengulangnya dari awal."
Begitulah Sang Pejunan mengulang pekerjaannya lagi, sampai
tibalah saat pembakaran dimana si Tanah Liat dipanaskan agar tidak berubah
bentuk lagi.
Pembakaran yang menyakitkan itu menyebabkan si Tanah Liat berteriak-teriak kesakitan, "Kenapa kau begitu jahat? Setelah berulang kali memukuliku, mengubah bentukku dan kini kau membakarku! Dimana janjimu untuk membuat aku menjadi perabot rumah yang indah?"
Sang Pejunan
hanya diam saja. Setelah proses pembakaran itu, Tanah Liat yang telah menjadi
vas dilukis dan diletakkan di tengah-tengah kumpulan perabot rumah yang lain.
Sama seperti kita di tangan Sang Pencipta. Kita seperti tanah liat yang sedang dibentuk, dipersiapkan untuk menjadi warga Kerajaan Sorga. Banyak proses yang harus kita lewati dan proses itu tidak mudah karena pada saat itu Tuhan ingin mengubah kita untuk menjadi sempurna.
Sama seperti kita di tangan Sang Pencipta. Kita seperti tanah liat yang sedang dibentuk, dipersiapkan untuk menjadi warga Kerajaan Sorga. Banyak proses yang harus kita lewati dan proses itu tidak mudah karena pada saat itu Tuhan ingin mengubah kita untuk menjadi sempurna.
Kalau kita
saat ini sedang melewati proses
pembentukan, bertekunlah.
Jangan
pernah meragukan Bapa di Sorga sebagai Pejunanmu yang nggak pernah salah dalam
membentuk kamu :)